Text
Kepayang : kumpulan Sajak 2011 - 2012
Abdul Wachid B. S. atau “Ayah” (begitu biasanya dia disapa) adalah dosen STAIN Purwokerto yang lahir di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur pada 7 Oktober 1966. Kontribusinya dalam bidang sastra sudah tidak diragukan lagi. Bukti nyata bahwa hasil karyanya sudah bisa kita nikmati baik berupa cerpen, essay, maupun puisi. Bukunya yang berjudul Kepayang (Kumpulan Sajak-sajak 2011-2012) merupakan salah satu hasil kerjakerasnya yang banyak dijadikan referensi oleh banyak orang.
Buku yang mempunyai ketebalan 102 halaman ini berisi tentang sajak-sajak yang penuh dengan semangat dan harapan. Dalam kata pengantar buku tersebut, Lee Yeon (Doktor Ilmu Sastra, Dosen tetap di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul) mengatakan bahwa pagi adalah symbol kebeliaan, kemudaan, cerah-ceria, dan penuh semangat. Pagi dalam kumpulan sajak Abdul Wachid BS. Ini, cemderung dimaknai dengan sesuatu yang baru, selalu optimistic, dan pembuka kehidupan dalam menatap masa depan yang cerah. Penempatan “Pagi” dalam puisi-pusis karya Abdul Wachid BS merupakan refleksi spiritualitas, do’a, dan harapan.
Kumpulan sajak-sajak 2011-2012 yang terkumpul dalam satu buku yang berjudul Kepayang ini sudah banyak digunakan oleh orang-orang hebat untuk dijadikan sumber pembelajaran. Contohnya adalah Maman S. Mahayana (Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia). Entah disengaja atau tidak, Maman S. Mahayana mengambil contoh-contoh sajak justru dari buku kumpulan puisi Yang (Kumpulan Sajak 2003-2010), yang terbit sebelum buku Kepayang.
Jika kita lebih memperhatikan isi buku Kepayang (Kumpulan Sajak-sajak 2011-2012), kita akan mengetahui bahwa Abdul Wachid BS tidak selalu menitikberatkan pada keindahan rima seperti puisi terdahulu, itu berarti puisi-puisinya adalah perwujudan puisi modern. Dalam konteks puisi-puisi Abdul Wachid BS, judul Kepayang mengisyaratkan sebuah peristiwa yang memabuklenakan atau melenabamukkan. Menurut Heru Kurniawan, kepayang adalah pohon yang bijinya memabukkann. Kepayang adalah kondisi mabuk manusia yang lupa dengan kediriannya.
Puisi-puisi yang terhimpun dalam antologi kepayang ini banyak yang mengungkapkan perasaan cinta, makna cinta dalam sejumlah besar puisi karya Abdul Wachid BS ini seperti bersumber pada perasaan yang kemudian dikembalikan kepada perasaan itu lagi. Disitulah uniknya puisi ketika soal cinta yang menjadi sumber dan muaranya tidak diobral menjadi rayuan gombal, tidak perlu cengeng membanjirkan air mata Bombay, menghiba dan mendayu-dayu, tidak perlu jug anorak dan kampungan, cukuplah ia berbicara sesuai suara hati atau sekedar berbagi pengalaman sebagai empati atau simpatik. Dan itu bisa menjadi cirri khas dari puisi karya Abdul Wachid BS.
D01012C | 811 ABD k | My Library | Tersedia |
D01013C | 811 ABD k | My Library | Tersedia |
D01014C | 811 ABD k | My Library | Tersedia |
D01015C | 811 ABD k | My Library | Tersedia |
D01016C | 811 ABD k | My Library | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain