Jannatul Ilmi

PERPUSTAKAAN SMK KARTEK 2 JATILAWANG

  • Beranda
  • Informasi
  • Berita
  • Bantuan
  • Pustakawan
  • Visitor
  • Register
  • Masuk
  • Area Anggota
  • Pilih Bahasa :
    Bahasa Arab Bahasa Bengal Bahasa Brazil Portugis Bahasa Inggris Bahasa Spanyol Bahasa Jerman Bahasa Indonesia Bahasa Jepang Bahasa Melayu Bahasa Persia Bahasa Rusia Bahasa Thailand Bahasa Turki Bahasa Urdu

Pencarian berdasarkan :

SEMUA Pengarang Subjek ISBN/ISSN Pencarian Spesifik

Pencarian terakhir:

{{tmpObj[k].text}}
Image of Chairil Anwar ; Bagimu Negeri Menyiapkan Api

Text

Chairil Anwar ; Bagimu Negeri Menyiapkan Api

TIM SERI BUKU TEMPO - Badan Organisasi;

Penilaian

0,0

dari 5
Penilaian anda saat ini :  

Tidak Tersedia Deskripsi


Ketersediaan
D00151C920.0598 TIM cMy LibraryTersedia
Informasi Detail
Judul Seri
-
No. Panggil
920.0598 TIM c
Penerbit
Jakarta : KPG., 2022
Deskripsi Fisik
ix + 152 hlm ; 16cm x 23cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
9786024818340
Klasifikasi
920.0598
Tipe Isi
text
Tipe Media
unspecified
Tipe Pembawa
unspecified
Edisi
-
Subjek
-
Info Detail Spesifik
. Maju Serbu Serang Terjang Petilan sajak berjudul “Diponegoro” di atas ditulis Chairil Anwar pada Februari 1943. Dengan mengungkap sosok Diponegoro―putra tertua Sultan Hamengku Buwono III―yang kuat dan liat menghadapi Belanda, Chairil menggelorakan kembali semangat juang. Sikapnya melawan kolonialisme tegas, seperti terungkap dalam puisi itu dan menjadi kutipan populer: sekali berarti, sudah itu mati. Jiwa nasionalisme Chairil berkembang dalam kondisi zaman penjajahan Jepang. Ia menyatakan menentang penjajah saat berpidato di depan Angkatan Baru Pusat Kebudayaan, 7 Juli 1943. Sesudah kemerdekaan, sikap juangnya semakin kuat terlukis dalam puisi-puisinya yang lahir bukan hanya berdasar perenungan di balik meja. Peristiwa agresi militer Belanda I pada 21 Juli 1947 direkam Chairil dalam sajak berjudul “Krawang-Bekasi”. Kala itu, ia terlibat langsung dalam pertempuran. “Persetujuan dengan Bung Karno”, puisinya yang lain, menggambarkan pula suasana pergolakan setelah kemerdekaan 1945. Tapak berkesenian Chairil yang demikian mencuatkan namanya sebagai pelopor angkatan 45 yang mendobrak angkatan sebelumnya. Chairil sendiri yang memilih “angkatan 45” untuk menyebut generasi seniman dan sastrawan sesudah masa perang. Baru sesudah ia meninggal pada 1949, banyak sastrawan menabalkan Chairil sebagai simbol angkatan 45. Ia adalah penulis yang sangat produktif. Meninggal di usia 27, namun sepanjang hidupnya yang singkat itu ia telah membuat 70 sajak asli, 4 sajak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan. Terkenal dengan potret diri yang ikonik dalam pose mengisap sebatang rokok, Chairil menghasilkan sajak-sajak yang memperkaya khazanah sastra Indonesia.
Pernyataan Tanggungjawab
Seri Buku Tempo
Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain

Lampiran Berkas
Komentar

Anda harus masuk sebelum memberikan komentar

Jannatul Ilmi
  • Informasi
  • Layanan
  • Pustakawan
  • Area Anggota

Tentang Kami

Sebagai Sistem Manajemen Perpustakaan yang lengkap, Perpustakaan SMK KARTEK 2 Jatilawang memiliki banyak fitur yang akan membantu perpustakaan dan pustakawan untuk melakukan pekerjaannya dengan mudah. dan cepat.

Cari

masukkan satu atau lebih kata kunci dari judul, pengarang, atau subjek


© 2025 — Senayan Developer Community

Ditenagai oleh SLiMS
Pilih subjek yang menarik bagi Anda
  • Karya Umum
  • Filsafat
  • Agama
  • Ilmu-ilmu Sosial
  • Bahasa
  • Ilmu-ilmu Murni
  • Ilmu-ilmu Terapan
  • Kesenian, Hiburan, dan Olahraga
  • Kesusastraan
  • Geografi dan Sejarah
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Pencarian Spesifik
Where do you want to share?