Baiklah, Kawan, kuceritakan padamu soal pertempuranku melawan pohon delima di pekarangan rumahku dan bagaimana akhirnya pohon itu membuatku kena sel,lalu wajib lapor setiap Hari Senin, di Polsek Belantik. Benci nian aku pada delima itu, lihatlah pohon kampungan itu, ia macam kena kutuk. Pokoknya berbongkol-bongkol, dahan-dahannya murung, ranting-rantingnya canggung, kulit kayunya keriput, …
Ada dua kalimat rasanya yang khas dari kedua tokoh di atas. Namun aku akan bubuhkan di sini kalimat khas dari Nong, "Beri aku sesuatu paling sulit, aku akan belajar". Pertama kali membaca kalimat ini, tertohok berdarah-darah rasanya. Seorang macam Nong saja, dapat berprinsip demikian (dan kemudian dibuktikannya). Setelah selesai membaca, tak ada lain yang ingin kusampaikan pada penulis, "Ter…
Padang Bulan adalah sebuah novel fiksi karya Andrea Hirata, diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada 2010. Novel ini berkisah tentang Enong, gadis kecil yang ketika usia ke 14 harus kehilangan sosok seorang ayah dan mengemban tugas sebagai anak pertama yang begitu berat. Enong harus meninggalkan sekolahnya demi sekolah adik-adiknya dan mengambil suatu pekerjaan yang hina, yaitu seorang pendulang t…
Sebagai kelanjutan kisah Enong di novel Padang Bulan, novel Cinta di Dalam Gelas menceritakan perjalanan nasib Enong. Ia kemudian berurusan dengan seorang preman pasar pagi, seorang lelaki yang bercita-cita menjadi teknisi antena parabola, dan seorang grand master perempuan tingkat duni ayang berasal dari Georgia. Bagaimana pula presiden perempuan Republik Indonesia, Kapten CHIP, dan dua ekor b…
Andrea Hirata adalah pemenang pertama penghargaan sastra New York Book Festival 2013, untuk The Rainbow Troops, Laskar Pelangi edisi Amerika, penerbit Farrar, Straus & Giroux, New York, kategori general fiction, dan pemenang pertama Buchawards 2013, Jerman, untuk Die Regenbogen Truppe, Laskar Pelangi edisi Jerman, penerbit Hanser Berlin. Dia juga pemenang seleksi short story majalah sastra terk…
Untuk pertama kalinya, Andrea Hirata menulis novel dalam genre kejahatan. Pembaca akan berjumpa tokoh-tokoh unik dengan pikiran menakjubkan, yang mudah bahagia dengan hal-hal sederhana
“Bangunan itu nyaris rubuh. Dindingnya miring bersangga sebalok kayu. Atapnya bocor di mana-mana. Tetapi, berpasang-pasang mata mungil menatap penuh harap. Hendak ke mana lagikah mereka harus bersekolah selain tempat itu? Tak peduli seberat apa pun kondisi sekolah itu, sepuluh anak dari keluarga miskin itu tetap bergeming. Di dada mereka, telah menggumpal tekad untuk maju.” Begitu banyak…